MBTI: Topeng Perkembangan Pribadi

Bertahun-tahun lalu, saya dikenalkan sepupu saya kepada salah seorang temannya. Sebenarnya sepupu saya sudah lama sekali tidak bertemu temannya itu, dan sewaktu mereka bertemu lagi, saya diminta menemani. Jadilah saya teman yang cukup dekat dengan dia.

Pada awalnya saya menyukai mempunyai sahabat seperti dia, kalau ngomong kita klop. Kadang kami bisa cerita apa saja. Bahkan beberapa kali saya menginap di rumahnya untuk sekedar ngobrol. Biasalah perempuan, kalo lagi ngumpul bareng-bareng bisa ngobrol sampai pagi. Tapi lama-kelamaan saya merasa dia tidak seperti yang dia tunjukan, dan saya mulai merasa tidak mengenal dia sama sekali. Lebih parahnya lagi, sekarang saya benar-benar menyesal pernah mengenal dia dalam hidup saya. Terlebih dengan apa yang dia telah lakukan terhadap saya. Mungkin saya menaruh harapan yang berlebihan pada dia, sehingga saya kecewa.

Saya mencoba merenungi kenapa hal ini bisa terjadi. Saya jadi teringat beberapa buku teori kepribadian yang saya miliki, membuka-buka lagi dan berusaha memahami apa yang menyebabkan seseorang bereaksi tertentu terhadap suatu kejadian. Dan saya merasa bahwa seharusnya saya tahu dia seperti itu, dan tidak berharap terlalu banyak kepadanya.

Menurut Jung, didalam diri seseorang selalu terdapat 3 karakter yang bertentangan. Satu karakter yang mewakili diri orang itu sebenarnya atau kerennya disebut “Primary Type Faces” dan satu karakter yang merupakan topeng yang selalu dikenakan seseorang untuk menghadapi dunianya. Pemakaian topeng personality pada seseorang adalah hal yang wajar dan sehat, hanya saja hal tersebut kadang “menipu” orang lain yang berinteraksi dengannya.

Sebagai contoh seorang yang mempunyai personality MBTI INFJ (soalnya ini contoh dibuku J). Seseorang dengan personality NF sangat menyadari sekali “thinking proses” nya, meskipun mereka akan memakai perasaan ketika mengambil keputusan. Sehingga Topeng (secondary type face) dari INFJ ini adalah NT yang logis dan menggemari teknologi. Dan Personality NT inilah yang akan kita hadapi bila berbicara dengan orang tersebut. Semakin kuat topeng NT yang dipunyai, semakin lama mereka mampu berbicara logis tanpa tenggelam ke sisi perasaan mereka yang idealis. Dan inilah yang menipu orang lain, bahkan menipu diri mereka sendiri.

Kadang perlu kejujuran yang tinggi pada diri sendiri untuk menyadari “true self” kita. Karena bila tidak, kita akan dekat dengan topeng kita dan mengira itu adalah “true self” kita. Karena itu sering sekali seorang INFJ mendapat hasil MBTI sebagai INTJ.

Pribadi ke 3 dapat berkembang pada tahap “mid life” kita, bila kita mampu belajar dan mengalami hambatan yang disebabkan oleh “secondary face/topeng” kita. Pada kasus INFJ, wajah ketiganya adalah SF yang lembut. Bila seorang INFJ mampu ketahap ini, akan ditemui seorang INFJ dengan kepribadian yang halus dan penuh kasih sayang terhadap orang disekitarnya dan bukan sisi buruk seorang INFJ yang gemar “back stabbing” dan menganggap segala sesuatu adalah serangan terhadap pribadinya. Always take things too personally.

Dalam kasus saya, saya hanya melihat topeng kepribadian teman saya yang sangat rasional dan logis. Sehingga saya merasa bisa berbicara apa saja dengannya sesuai realita tanpa mempertimbangkan perasaan dia sesungguhnya terhadap masalah tersebut. Sehingga mungkin sekali dulu saya sudah menyakiti perasaannya, sehingga dia merasa cukup punya alasan untuk mengganggu hidup saya hingga sekarang ini.

Kalau hidup boleh diulang lagi, ingin rasanya saya tidak mengenal dia. Ataupun bila terpaksa mengenal dia, mungkin saya akan lebih berhati-hati dan melihat lebih dalam apa yang ada dihatinya, bukan di topengnya atau yang dia tunjukan ke saya. Penyesalan memang selalu datang terlambat.

Tempat Yang Penuh Keculasan

“Masak tante harus bayar gas seratus ribu lebih, Yen” tante  Anis berkata dengan kesal sambil memasukkan suapan nasi dan cubitan gulai otak ke dalam mulutnya. Hari ini adik ibu yang paling kecil ini memaksa saya untuk makan siang bareng. Wah… mau curhat deh, bukan nuduh tapi biasanya begitu sih he he he. Tapi lumayan, pasti bakal ditraktir makan siang dan kali ini makan di rumah makan Sederhana Benhil.

“Loh kok bisa Tan, memangnya sekarang buka katering sampe bayar gas segitu banyak”, tanya saya.

“Kena denda…..”

“Memangnya dendanya berapa” serobot saya gemas sebelum dia menyelesaikan perkataannya.

“Delapan puluh ribu per bulannya”

“Hah…banyak amat” kata saya lagi.

“Iya, sekarang kalo bayarnya di atas tanggal 20 sampe akhir bulan, dendanya 15 ribu. Tapi kalo sudah tanggal satu pada bulan berikutnya, dendanya jadi delapan puluh ribu”, tante saya ini menjelaskan.

“Loh kan sekarang belum tanggal 20, kok sudah kena denda” tanya saya bingung.

“Itulah Yen, Tante lupa bayar bulan kemarin. Pemberitahuan tentang jumlah denda itu baru di terima 2 hari yang lalu, tapi berlaku sejak awal 2020”, katanya kesal.

“Tente udah tanya ke petugasnya, dia cuma bilang ………… Ibu, jangan protes lagi ya sama saya. Sudah banyak banget yang protes ke saya. Bukan saya yang terlambat ngasih pengumumannya ke ibu. Saya aja baru tahu”. Saya mencoba tidak tertawa waktu melihat tante saya menirukan gaya bahasa dan gerak petugas loket Gas Negara itu.

Selanjutnya dia menjelaskan bahwa biaya pemakaian gasnya cuma sekitar dua puluh ribuan, sementara dendanya delapan puluh ribu, jadi dendanya sangat besar dibanding pemakaiannya. Dan yang paling menyesakkan lagi, pemberitahuan baru dikirim tapi berlaku mundur sejak beberapa bulan lalu malah. Menurut dia hal ini sangat tidak adil.

Apalagi di surat pemberitahuan menyatakan bahwa delapan puluh ribu terdiri dari komponen denda (tigapuluh ribu) dan biaya penutupan valve (lima puluh ribu). Dan biaya penutupan valve itu tetap dibayarkan walau tidak ada pekerjaan penutupan valve.

Saya terus terang bingung menanggapi keluhannya kali ini, karena saya selalu merasa bahwa kesal dan marah atas perlakuan yang menurut saya tidak adil, hanya akan menghabiskan energi positif tapi tidak ada perubahan dari keadaan yang saya tidak sukai itu.

Cuma satu hal yang saya selalu terlintas bila hal ini terjadi …. Bagaimana ya orang-orang yang mempunyai penghasilan lebih rendah di banding tante saya itu. Dia saja sudah merasakan berat sekali untuk membayar denda tak terduga tersebut.

Bolehlah bila ada yang bilang bahwa bila bayarnya tepat waktu tidak mungkin mengalami kejadian ini. Tapi bagaimana bila denda yang tiba-tiba dia tahu dan berlaku mundur ini menyita penghasilan mereka yang sudah kecil?. Dan mereka tidak sanggup membayar dendanya, hingga di cabut permanen. Bukan kah hidup mereka bertambah sulit?

Ah…. Bagi saya terlalu banyak kejadian seperti ini, atau yang jauuuuuh lebih miris, terlalu memedihkan …bahkan untuk hanya di diskusikan. Letih…. Dan suara – suara hanya akan bergaung tanpa ada perbaikan nyata.

“Si Bagas apa kabarnya, Tan…? Udah lama sekali dia tidak wa saya”, tanya saya mengalihkan pembicaraan.
”Itulah Yen, Si Bagas nggak mau kuliah. Pusing deh Tante ini”

Dan mulailah tante saya menceritakan topik curhat selanjutnya…

Dyscalculia dan Saya

Ketika membaca artikel dari sebuah majalah, saya teringat pada perjalanan yang menyiksa dalam menemukan disability yang saya derita.

Beberapa tahun yang lalu, sebuah perusahaan farmasi mewajibkan saya untuk mengikuti psikotest selama 3 hari dalam penerimaan karyawannya. Waktu test selesai, saya di ajak berbincang-bincang oleh psikolognya, seorang bapak yang baik hati.

“Pak, boleh tahu hasil test saya?, saya beranikan bertanya. Mumpung test kali hanya saya seorang diri pesertanya.

“Sebenarnya klien kami tidak menginginkan calon karyawannya tahu hasil test ini, tapi ada yang ingin saya sampaikan ke mbak, mungkin belum mengetahuinya”, jawab bapak itu sambil memperlihatkan kertas-kertas test saya yang sudah di scoring: 13, 15, 12, 19, 4, 17 dsb.

“Wah, apa maksudnya ya pak”, tanya saya lagi.

“Ini hasil test Aritmatika mbak”, katanya sambil menyodorkan kertas bernilai 4 kepada saya

“Dengan range 1-20 dan hasil normal 6-11, nilai mbak sangat jauh dibawah rata-rata”, katanya menjelaskan. Saya bisa merasakan muka saya berubah.

“Kalau di bandingkan dengan hasil test yang lainnya, saya menduga menderita Dyscalculia”, lanjutnya lagi.

“Waduh Pak, jenis cacat apa ya pak itu?”, tanya saya kuatir sekali

“Dyscalculia adalah…..”, katanya menerangkan sementara pikiran saya melambung ke masa kecil yang penuh keraguan.

Saya mengenal psikotest pertama kali ketika guru SD saya meminta ibu untuk membolehkan saya ikut ujian SD tahun itu, padahal saya baru naik kelas 4. Dan untung sekali ibu saya tidak menyetujuinya. Tapi penderitaan saya berlanjut, dengan keharusan saya mengikuti kompetisi matematika dan fisika. Seperti yang saya duga, tidak pernah berhasil melampaui tingkat propinsi. Guru-guru saya selalu mengatakan saya kurang teliti, asal-asalan, tidak mau menghafal rumus yang mudah dan tidak mau serius belajar. Pada awalnya saya kesal dan sedih. Saya merasa saya mengerjakan soal dengan serius, dan pada bagian penyelesaian soal, saya melalukannya dengan sangat serius. Bahkan sebagian besar waktu saya habis cuma di bagian memasukan angka pada rumus yang sudah saya turunkan.

Saya jadi malas sekolah. Seringkali saya bolos dan pergi ke TMII seorang diri dan duduk-duduk di pinggir danau buatan membaca buku hingga sore hari. Bahkan sewaktu saya SMA, saya sangat malas belajar dan melampiaskannya dengan mengikuti 11 ekstrakulikuler agar saya tetap sibuk dan punya alasan untuk tidak belajar. Ibu saya langganan di panggil guru BP. Puaslah saya di marahi terus menerus karena “kemalasan” saya dan kesulitan saya untuk duduk diam memperhatikan pelajaran sekolah.

Penderitaan saya berakhit ketika kelas 2 SMA, seorang guru matematika saya memberi test sederhana yang hanya berisi penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian sederhana sebanyak seratus soal yang musti di kerjakan dalam waktu 30 menit. Saya ternyata hanya mampu menyelesaikan seperempat soal itu.

Tapi sejak saat itu, guru-guru yang lain menganggap saya bodoh. Dan ibu saya mulai tidak berharap banyak pada saya. Jadi sedih sekali ternyata bila melihat tatapan kecewa dari orang yang diharapkan akan bangga pada kita. Walau bapak guru matematika saya tercinta itu memperlakukan saya khusus dengan menilai hasil ulangan saya hanya sampai persamaan yang saya turunkan dan bukan hasil akhirnya.

Dyscalculia atau Arithmetic Difficulties, suatu sebutan bagi kesulitan dalam menghitung dan mengingat angka. Bagi penderita sangat sulit melakukan perhitungan sederhana seperti 7 kali 9 atau 17 tambah 8 saja, karenanya penderita sering mengalami “Math Phobia”.

Dyscalculia tidak populer dan sedikit yang menyadarinya, padahal 5 % dari populasi mengalami kekurangan ini, dengan berbagai tingkat keparahan.

Dyscalculia ini dapat muncul dari segala tingkatan IQ. Banyak penderita dyscalculia tidak menunjukan kerusakan dalam kemampuan “reasoning abstract mathematical”.

Ada beberapa ciri penderita Dyscalculia:

  • Sulit mengingat nama orang (Poor name to face recognition)
  • Kesulitan dengan menghitung. Sering tertukar antara simbol tambah, bagi , kali atau kurang
  • Sulit untuk memberitahu yang mana dari 2 angka yang lebih besar
  • Kesulitan dalam membaca jam analog
  • Kesulitan menghitung uang bila harus membeli sesuatu
  • Kesulitan dalam “times tables dan mental aritmatic”
  • Sering kali sangat bagus dalam bidang science dan geometri, yang lebih memerlukan logika dibandingkan formula, sampai tingkat diperlukannya kalkulasi hasil.
  • Kesulitan dalam konsep waktu dan menilai berapa lama waktu sudah lewat (keeping track of time)
  • Sulit membedakan kiri dan kanan
  • Kesulitan memperkirakan jarak suatu objek
  • Kesulitan dalam mengetahui arah seperti selatan, utara, timur dan barat
  • Sulit membaca peta dengan arah normal Utara. Biasanya akan di putar kearah yang bisa dimengerti
  • Lebih menyukai menghitung dengan jari dibanding cara lain yang lebih efisien
  • Kesulitan menghitung score dalam pertandingan
  • Sulit menghafal formula matematika
  • Dalam memakai kalkulator, mengalami kesulitan memasukan angka dan formula karena sering tertukar
  • Kebanyakan penderita Dyscalculia juga mengalami “attention deficits”
  • Kesulitan dalam sequential proses seperti langkah dansa (fisik) atau menyusun bacaan atau tulisan dalam urutan yang tepat (abstrak)

Kalau saja “disability” saya ini bisa dimengerti ketika saya masih kecil oleh guru dan orang tua saya……

Kepada Semua Perempuan Hebat Di Dunia

Akhir-akhir ini begitu banyak tulisan dari teman-teman MP yang memuat tentang perempuan, gugatan terhadap ketidak adilan dan perempuan-perempuan yang menjadi role model bagi para perempuan saat ini. Saya pun ingin menceritakan perempuan yang menjadi inspirator saya. Perempuan yang menurut saya membawa perubahan menjadi lebih baik bagi kehidupan di sekeliling mereka. Perempuan yang dalam kelembutan mereka tersimpan kekuatan yang besar untuk bertahan hidup bahkan memberikan hidup, karena mereka punya pengetahuan dan cinta. Mereka mampu jadi kekuatan bagi pria yang mereka cintai, menjadi kekuatan bahkan untuk masyarakat di sekitar mereka.

Khadijah binti Khuwaylid
Tanpa mengecilkan istri Rasullah Muhammad SAW yang lain, saya sangat mengagumi perempuan yang satu ini. Seorang pebisnis tangguh di tengah budaya yang sangat patriaki. Sebagai seorang pengusaha sukses, beliau banyak memberikan bantuan dan modal kepada pedagang-pedagang atau melantik orang-orang untuk mewakili urusan-urusan perniagaannya ke luar negeri. Perempuan brillian yang budiman dan disegani masyarakat Quraisy khususnya dan bangsa arab pada umumnya.

Kahdijah menjadi salah seorang pertama yang mengucapkan: “Asyhadu allailahaillallah wa asyahaduanna muhammadurrasulullah”. Menyelimuti Rasulallah ketika gemetar setelah menerima firman Allah pertama di gua hira. Memberi dukungan moral dan emosional pada beliau. Hartanya digunakan untuk penyebaran Islam. Seorang perempuan kuat di sisi Rasulullah pada masa awal ke nabian beliau yang sulit.

Bagi saya, Khadijah sangat mengagumkan, mampu menghidupi diri sendiri tapi juga mampu menjadi istri yang penuh cinta dan mendampingi suaminya walau keadaan sangat berat sekali pun.

Temple Grandin, Ph.D
Temple Grandin seorang ilmuwan dan designer industri di bidang experimental psychology dan ‘animal science’. Sebagian besar penelitiannya adalah membuat suatu sistem untuk menghilangkan stres pada populasi manusia dan binatang.

Lahir pada tanggal 29 Agustus 1947 dan di diagnosa auitis pada usia tiga tahun. Ayahnya tetap menyekolahkan dia di sekolah umum karena melihat kecerdasan yang tinggi pada anak perempuannya tersebut.

Pertama saya membaca salah satu tulisannya “Thinking the Ways Animal Do”, saya terpesona dengan cara dia berfikir. Dan semakin terpesona lagi ketika tahu dia ternyata Autis dan dia perempuan. Ke “Autisan” nya tidak mengganggu dia untuk melakukan sesuatu yang berharga dalam hidupnya apalagi ke “perempuanan” nya.

Karyanya yang sudah di terbitkan antara lain: Genetics and the Behavior of Domestic Animals (1999), Thinking in Pictures and Other Reports from My Life with Autism (1995), and Emergence: Labeled Autistic (1986).

Hypatia
Hypatia nama seorang ilmuwan wanita, ahli matematika, astronom, fisikawan, dan kepala mazhab filsafat neoplatonis terkemuka yang pernah hidup pada abad ke-3 Masehi (370 – 415) di Alexandria, Mesir. Di kenal sebagai matematikawan wanita pertama sepanjang sejarah.

Anak dari filsuf matematika, Theon. Hypatia adalah pengajar matematika dan natural filosofi di Perpustakaan Besar Alexandria yang merupakan pusat intelektual dan budaya Yunani. Dia juga menjadi kepala sekolah “the Neoplatonist school of philosophy” pada tahun 400 Masehi.

Banyak tulisannya mengenai matematika dan astronomi termasuk hukum pergerakan planet, hukum-hukum matematika mengenai lingkaran, juga komentar mengenai hukum-hukum matematika sebelumnya agar mudah dimengerti dan diajarkan. Hypatia menemukan beberapa alat, di antaranya alat destilasi air, alat pengukur gravitasi dalam air, astrolabe, brass hydrometer dan hydroscope. Hypatia juga berkoresponden dengan banyak ilmuwan lainnya dan mengajar di berbagai kota di mediterania.

Hypatia mempunyai pengaruh besar di bidang ilmu pengetahuan dan pendidikan dimana pada abad itu ilmu pengetahuan terlarang untuk di pelajari oleh perempuan.

H.R Rasuna Said
H.R. Rasuna Said perempuan dengan kemauan keras dan mempunyai pandangan yang luas. Awal perjuangan dimulai dengan beraktifitas di Sarekat Rakyat sebagai Sekretaris cabang dan kemudian menjadi anggota Persatuan Muslim Indonesia (PERMI). Rasuna Said sangat mahir dalam berpidato mengecam pemerintahan Belanda. Dia sempat di tangkap bersama teman seperjuangannya Rasimah Ismail, dan dipenjara pada tahun 1932 di Semarang.

Pada masa pendudukan Jepang, dia ikut serta sebagai pendiri organisasi pemuda Nippon Raya di Padang yang kemudian dibubarkan oleh Pemerintah Jepang. H.R. Rasuna Said duduk dalam Dewan Perwakilan Sumatera mewakili daerah Sumatera Barat setelah Proklamasi Kemerdekaan, diangkat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Serikat (DPR RIS), kemudian menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung sejak 1959 sampai akhir hayatnya.

Banyak lagi perempuan-perempuan hebat yang bila disebutkan akan menjadi daftar panjang dalam sejarah peradaban manusia, seperti Mother Theresa, Cut Nyak Dien, Cut Nyak Mutia, Laksamana Malahayati, Christina Martha Tiyahahu, Joan the Arc, Polgar Sister, Marie Currie dan berderet nama lainnya.

Dalam keseharian saya, saya juga menemui banyak perempuan hebat yang membuat saya terkagum-kagum. Para ibu yang jam 3 pagi telah bangun untuk berjualan sayur mayur di pasar Kramat Jati, seorang ibu “tukang cuci” di daerah tempat tinggal saya yang bekerja keras untuk menyekolahkan anaknya, kondektur perempuan yang berpanas-panasan berteriak-teriak mencari penumpang, para TKW yang bekerja keras di negeri orang dan membawa pulang devisa lebih dari 30 trilyun rupiah setiap tahunnya bagi negara yang kurang memberi perhatian serta perlindungan bagi mereka, para ibu yang memutuskan menjadi ibu rumahtangga dan meninggalkan mimpinya untuk kebahagian dan kesuksesan sang suami dan anak mereka dan banyak perempuan lagi yang berjuang untuk dirinya dan orang yang mereka cintai. Ah… mereka yang selalu membuat saya malu untuk mengeluhkan hidup saya, walau hanya dengan bergumam.

Seperti Eve Ensler penulis “Vagina Monolog” mengatakan dalam kampanye V-Day nya: Vagina Warriors are done being victims. They know no one is coming to rescue them. They would not want to be rescued.

Saya rasa masing-masing dari kita mempunyai tokoh atau seorang yang dikagumi. Mereka adalah inspirator saya. Siapakah inspirator teman-teman?